Menu Close

Paroki Narang Demonstrasikan Cara Menenun Tenun Ikat ‘Lipa Todo’ di Festival Golo Koe

Loading

Labuan Bajo, Kominfo Mabar-Keuskupan Ruteng bersama Pemkab Manggarai Barat memberikan kesempatan yang luas kepada segenap UMKM yang ada di tiap paroki se- Keuskupan Ruteng untuk ikut berpartisipasi pada festival Religi Golo Koe yang digelar pada 8 hingga 15 Agustus 2022 di Labuan Bajo NTT.

Pameran UMKM merupakan bagian dari agenda Festival Religi ‘Golo Koe’ untuk memberikan kesempatan kepada peserta dari Paroki- Paroki dan juga UMKM di Labuan Bajo untuk memamerkan produknya di area Waterfront City Marina Labuan Bajo .

Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pelaku UMKM. Termasuk dimanfaatkan dengan baik oleh Pastor Paroki Narang Romo Stef Sawu. Ia bersama umatnya ikut dalam pameran produk UMKM di festival Golo Koe .

Paroki Narang memamerkan produk unggulan berupa tenun ikat yang biasa dikenal oleh masyarakat Kabupaten Manggarai wilayah Satar Mese Raya dengan sebutan ” Tenunan Kemumu“. Dalam Pameran di Water Front City mereka mendemonstrasikan kegiatan menenun dengan alat tenun tradisional.

Romo Stef Sawu mengaku sangat bangga, karena begitu banyak pengunjung menghampiri lapak pameran Paroki Narang. Pengunjung datang untuk melihat produk yang dipajang maupun menyaksikan secara langsung bagaimana proses/ cara menenun tenun ikat tradisional ‘ Lipa Todo’ atau tenunan Kemumu tersebut .

“Pengunjung jadinya tahu Tenunan Kemumu dan bagaimana cara menenunnya. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami umat di wilayah Satarmese Raya Kabupaten Manggarai,” ujar Romo Stef, saat ditemui Kominfo Mabar, Rabu (10/8/2022) malam.

Sejumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berasal dari Paroki- Paroki yang tersebar di seluruh Manggarai Raya, mengaku bangga bisa mempromosikan produk unggulannya pada festival Golo Koe.

“Memamerkan produk tenun ikat di kegiatan festival ini adalah kesempatan yang istimewa. Saya sangat bangga bisa menampilkan produk ‘Tenunan Kemumu’ dari paroki saya dalam Festival Golo Koe di Water Front City” ujar Romo Stef Sawu.

Sebagai Pastor Paroki Romo Stef sangat mendukung usaha dari umat Paroki Narang. Dijelaskannya hal ini menandakan Gereja mempunyai tujuan membahagiakan umat, dalam segala segi. Tidak hanya urusan spiritual tetapi juga urusan ekonomi.

Ia lebih lanjut menjelaskan, dukungan Paroki yang dimaksudkan adalah dalam upaya mempromosikan. Selain mempromosikan produk yang ada, juga memberikan penjelasan tentang makna/ arti didalam motif tenunan kain, yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya, nilai-nilai adat istiadat yang secara konsisten tetap memperhatikan unsur estetisnya.

Sehingga menurutnya, berkaitan dengan Tahun Pastoral pariwisata holistik berarti dari hasil kain saja sudah mengandung banyak makna. Sangat sesuai dengan tema tahun pariwisata yaitu; berpartisipasi, berbudaya dan berkelanjutan.

“Jadi artinya, dalam tenunan ini, semua unsur ada. Disini ada keterlibatan atau partisipasi. Bahwa disini juga kita menghargai produk-produk lokal, yang syarat muatan budayanya, serta berkelanjutan. Kita mengharapkan ini akan tetap ada dan terus berkembang terus,” ungkapnya.

“Untuk kegiatan di Paroki Narang, secara umumnya harus menyesuaikan dengan program keuskupan. Tetapi, gagasan di masing-masing Paroki itu sangat diharapkan dan yang penting bagaimana paroki berinisiatif, berinovasi dalam segala hal,” tambahnya.

Ia menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dan Ke- Uskupan Ruteng yang telah memfasilitasi UMKM tenun ikat ‘ Kemumu’ untuk terlibat dalam pameran tersebut.

Sementara itu, Yuliana Jemani ( Yuli) dari Paroki Narang merasa bangga bisa mendemonstrasikan kegiatan menenun dengan alat tenun tradisional. Yuli merupakan penenun dari Satarmese Raya Kabupaten Manggarai.

Yuli menjelaskan, tenunan kemumu memiliki tiga warna. Yaitu; putih, merah dan hitam. Untuk pembuatan satu kain membutuhkan waktu tujuh hingga delapan hari. Hal ini bisa dilakukan jika proses pengerjaannya full tanpa melakukan pekerjaan lain.

“Kalau diselingi dengan kerjaan lain maka proses pembuatannya memakan waktu 1 bulan,” jelas Yuli.

Yuli mengungkapkan, untuk material tenun, masih dominan bahan pabrikan seperti benang gloss . Penggunaan bahan lokal belum.

Untuk harga 1 kain kemumu ( Lipa Todo) dibandroll 600 Ribu Rupiah. Harga untuk kain kemumu asli sangat terjangkau, karena Kain kemumu asli ada ciri khas Puncanya. Punca inilah yang menunjukkan motif kemumu asli yang hanya dimiliki Manggarai khususnya wilayah Manggarai bagian selatan. Punca ini punya arti tersendiri.

(Hans-Tim IKP Kominfo Mabar)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *