Menu Close

PANGAN LOKAL PENYANGGA UTAMA KEDAULATAN PANGAN

Loading

LABUAN BAJO – Kampung Lengkong Cepang, Desa Watu Tiri, Kecamatan Lembor Selatan, Kamis (25/10/2018) sekonyong-konyong menjadi ramai. Pagi itu selain sejumlah pegawai nampak juga warga sekitar, para pelajar SD I Lengkong Cepang yang berseragam pramuka, MTS Negeri Manggarai Barat berseragam coklat-hitam dengan display drumbandnya, SMK N 1 Lembor Selatan dengan seragam hitam-putih menjadi penanda bahwa ada perisitiwa penting yang terjadi di sana.

Hari itu adalah puncak peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) yang ke-38 Tingkat Kabupaten. Kegiatan peringatan HPS ini diselenggarakan Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan.

Tampak juga di situ ibu-ibu PKK Desa yang tampil bersahaja dengan senyum ceria mengenakan kebaya dan kain songke. Mereka sibuk menata dan merapikan makanan hasil masakan yang diolah dari pangan lokal di mejanya masing-masing.

Menu yang disajikan terdiri dari menu makan pagi, siang dan malam. Semuanya dari pangan lokal yakni jagung, umbi-umbian, kacang-kacangan, dan pisang. Penduduk setempat memberi nama bagi semua jenis pangan lokal dengan sebutan antara lain latung, tese, teko, tete wase, tete wogor, raut, latung, wue dan muku.

Tanah Manggarai selain dikenal karena panorama alamnya yang indah dan eksotik, juga subur menghasilkan beragam tanaman pangan lokal sebagai warisan leluhur yang kaya akan vitamin, protein dan karbohidrat.

Alam Manggarai telah menyediakan bermacam ragam tanaman pangan lokal yang dikonsumsi nenek moyang sejak jaman dahulu kala. Beragam tanaman pangan lokal ini mesti dipelihara dan dibudidayakan untuk mendukung ketahanan pangan.

Berkaitan dengan peringatan HPS tahun ini yang secara khusus memfokuskan perhatiannya pada pangan lokal sebagai produk unggulan dan penyangga utama ketahanan pangan, rasanya menjadi momentum yang tepat untuk membangkitkan kesadaran masyarakat agar tidak merasa malu mengonsumi pangan lokal. Karena itu adalah kearifan lokal warisan leluhur kita.

Lebih dari itu, untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat dan para stakeholder terhadap pentingnya penyediaan pangan yang cukup dan bergizi, menggerakkan dan mendorong usaha penyelenggaraan pangan yang berkelanjutan dengan memaksimalkan peran masing-masing pemangku kepentingan dalam mewujudkan kedaulatan pangan.

Jauh sebelumnya, almarhum Piet A. Tallo, Gubernur NTT (1998-2008) pernah mengajak masyarakat NTT untuk mulai membangun dari apa yang dimiliki. Ajakan itu juga mengandung pesan untuk mengembangkan pelbagai jenis tanaman pangan lokal sebagai upaya untuk mengembalikan keunggulan kearifan lokal yang dimiliki dan tidak mengasingkan masyarakat dari pangan lokal.

Nah, upaya Pemerintah Daerah Manggarai Barat untuk mejadikan pangan lokal sebagai penyangga utama kedaulatan pangan telah dituangkan dalam instruksi Bupati yang didalamnya terdapat himbauan bagi masyarakat agar satu hari dalam seminggu mengonsumsi pangan lokal yang dikenal dengan slogan one day no rice.

Selain itu juga bagaimana merubah pola pikir masyarakat yang sudah tertanam di benaknya bahwa beras adalah makanan utama sementara pisang, umbi-umbian, dan makanan lokal lainnya dianggap sebagai makanan ringan.

Oleh karena itu, mengedukasi masyarakat secara terus-menerus untuk mengonsumi pangan lokal bertepatan dengan peringatan HPS merupakan langkah yang tepat dan strategis.

Di samping itu juga membekali masyarakat dengan pengetahuan yang cukup untuk mengelola berbagai jenis pangan lokal menjadi beragam menu dengan cita rasa yang enak disertai kadar gizi yang cukup sehingga dapat dikonsumsi meski bahan dasarnya sama.

Dengan demikian kaum ibu tidak hanya menyajikan menu yang sama saja setiap hari dalam keluarga, tetapi ada banyak macam menu yang ditawarkan sehingga menjadi lebih bervariasi. Menu yang disajikan memenuhi prinsip beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) berbasis pangan lokal.

Bupati Manggarai Barat, Drs. Agustinus Ch. Dula, mengapresiasi ibu-ibu PKK desa yang telah menyajikan beraneka ragam menu dari pangan lokal dengan cita rasa yang enak dan berkesan.

“Hendaknya sajian variasi menu juga diterapkan di rumah masing-masing sehingga tidak semata-mata bergantung pada beras. Dan ternyata apa yang disajikan ibu-ibu PKK desa tadi memang sangat enak,” ungkap Bupati Gusti Dula.

Bupati Gusti Dula mendorong masyarakat untuk meningkatkan budi daya tanaman pangan lokal dalam mendukung kedaulatan pangan, apalagi Labuan Bajo telah menjadi destinasi wisata super prioritas yang sudah pasti pangan lokal menjadi daya pikat tersendiri bagi para wisatawan.

“Pangan lokal menunjukkan identitas sekaligus menentukan kedaulatan bangsa,” tegas Bupati Gusti Dula. “Para wisatawan yang berkunjung ke Manggarai Barat dan menikmati kuliner lokal akan membawa cerita dan cerita itulah yang terus berkembang yang mengundang semakin banyak wisatawan untuk datang,” ujarnya.

Senada dengan itu, Camat Lembor Selatan, Paulus Setahu, mengajak Kepala Desa untuk lebih peduli dan memiliki tanggungjawab yang sama dalam memaksimalkan pemanfaatan pangan lokal untuk dikembangkan dan menjadi konsumsi masyarakat di wilayahnya masing-masing.

Paulus Setahu juga mengungkapkan kendala yang dihadapi dalam upaya mengembangkan tanaman pangan lokal di wilayahnya karena ternak yang dilepas berkeliaran oleh pemiliknya.

“Kepala Desa perlu membuat perdes untuk menertibkan pemilik ternak agar ternaknya tidak dilepas bebas begitu saja,” ungkap Paulus Setahu.

Pada kegiatan HPS tersebut diselenggarakan serangkaian kegiatan di antaranya lomba cipta menu B2SA. Di penghujung acara, dilakukan penyerahan hadiah juara II lomba Penghargaan Adhikarya Nusantara Tingkat Propinsi kepada Kelompok Lumbung Pangan Lestari, Desa Wae Wako, Kecamatan Lembor, dan penyerahan hadiah lomba cipta menu B2SA yang diikuti 15 desa di Kecamatan Lembor Selatan. (Arnoldus Nggorong)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *