Menu Close

HARAPAN DARI SIMPOSIUM STUNTING

Loading

LABUAN BAJO – Meski hari belum juga siang, namun suasana di Hall Kantor Bupati Manggarai Barat, Selasa (6/11/2018) terasa panas membuat gerah peserta. Sebagian peserta memanfaatkan lipatan kertas seadanya sambil mengayunkanya ke kiri dan ke kanan.

Lipatan kertas itu digunakan untuk mengipas tubuh yang terasa panas. Ada pula yang menggunakan buku tipis, yang lain memakai kipas yang dibawa dari rumah. Mereka berjuang melawan hawa panas itu dengan benda apa saja yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti kipas.

Mereka adalah peserta simposium yang diselenggarakan Dinas Kesehatan (Dinkes Mabar) Kabupaten Manggarai Barat dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional yang ke-54 tingkat Kabupaten.

Peserta symposium terdiri dari berbagai kalangan antara lain aparatur sipil Negara (ASN), LSM, PKK Kecamatan dan Desa, Dharma Wanita Persatuan, dan masyarakat. Mereka berjumlah 100 orang.

“Peran 1000 Hari Pertama Kehidupan Dalam Menurunkan Prevalensi Stunting di Kabupaten Manggarai Barat” adalah tema yang menjadi fokus dari Simposium Stunting dalam mencari solusi terhadap permasalahan stunting (pendek).

Kegiatan symposium bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para orangtua terutama kaum ibu akan pentingnya penanganan selama 1000 Hari Pertama Kehidupan untuk mencegah stunting.

Adapun harapan dari symposium ini adalah para orangtua khususnya kaum ibu dalam memahami upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah stunting dan adanya komitmen bersama dari berbagai pihak yang berkepentingan dalam upaya-upaya pencegahan stunting.

Narasumber dalam simposium stunting adalah dokter spesialis obstetric dan ginekalogi, dr. Agustinus Gusti,Sp.OG, dan dokter spesialis anak, dr. Dian Purnama. Keduanya dari RSUD Komodo.

Hal yang lebih penting adalah dari simposium stunting dapat dihasilkan sejumlah rekomendasi yang kemudian menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah dalam membuat kebijakan.

Kegiatan simposium ini merupakan salah satu rangkaian dari serangkaian kegiatan yang dibuat Dinkes Mabar dalam rangka memperingati HKN tingkat Kabupaten.

Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain senam Germas di Lapangan Wae Kesambi, Gerakan Pasar Tradisional Sehat di Pasar Bersih Batu Cermin, dan Bhakti Sosial berupa pelayanan kesehatan dan pembuatan pagar keliling di Pustu Warloka.

Sedangkan kegiatan-kegiatan lain yang akan dilaksanakan dalam beberapa hari ke depan adalah pertandingan olah raga, lomba kesenian yang terdiri dari fashion show busana daerah NTT dan lomba tari adat kreasi Manggarai, dan ditutup dengan Upacara peringatan HKN Tingkat Kabupaten pada hari Senin (12/11/2018) di Halaman Kantor Bupati.

Jadi Perhatian Pemda

Akhir-akhir ini salah satu isu kesehatan yang sedang mengemuka adalah pendek (stunting). Stunting merupakan kekurangan gizi kronis dalam tempo yang lama. Stunting terjadi sejak dari dalam kandungan dan baru dapat diketahui saat anak berusia dua tahun.

Menurut UNICEF, stunting diartikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan dengan tinggi di bawah minus (sunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO.

Stunting bukan hanya persoalan pertumbuhan yang terhambat, tetapi juga berkaitan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal sehingga berdampak pada berkurangnya kemampuan mental dan belajar serta prestasi sekolah yang buruk.

Berdasarkan hasil Pantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017, prevalensi stunting anak Balita di NTT mencapai angka tertinggi di Indonesia yakni 40,3 %. Artinya setiap 100 anak balita terdapat 40 anak balita yang sangat pendek.

Bupati Manggarai Barat, Drs. Agustinus Ch. Dula, mengatakan pentingnya memperhatikan asupan gizi selama kehamilan demi menjamin pertumbuhan bayi yang sehat sehingga dapat menghindari permasalahan stunting.

Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan masa emas (golden age). Pada masa ini terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat dan karena itu perlunya perhatian serius dalam hal asupan gizi dan menjaga kondisi psikologis ibu hamil.

“Asupan makanan bagi ibu hamil mesti memenuhi prinsip beragam, bergizi, seimbang dan aman atau B2SA,” kata Bupati Gusti Dula.

Bupati Gusti Dula meminta agar tenaga bidan terutama yang ditempatkan di desa-desa dapat memberikan informasi yang benar dan tepat kepada ibu-ibu dan calon ibu bahwa betapa urgennya pemberian gizi selama kehamilan dalam pelbagai kesempatan termasuk pada hari posyandu.

“Manfaatkan setiap kesempatan untuk mengingatkan kaum ibu untuk mengonsumi makanan bergizi terutama pada masa emas ini,” jelas Bupati Gusti Dula.

Dari 100 Kabupaten/Kota di Indonesia yang angka stuntingnya relatif tinggi, Kabupaten Manggarai Barat tidak termasuk di dalamnya.

Akan tetapi Bupati Gusti Dula meminta Dinas Kesehatan untuk tetap menaruh perhatian serius terhadap permasalahan stunting di wilayah ini.

Selain itu, hal yang tak kalah pentingnya yang harus diperhatikan adalah pola asuh, pola makan dan peningkatan akses air bersih dan sanitasi.

Saat ini Dinas Kesehatan sedang menunggu penelusuran data oleh para Enumerator Gizi terhadap pengukuran panjang badan atau tinggi badan para Balita di Manggarai Barat dalam upaya menurunkan prevalensi stunting. (Arnoldus Nggorong)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *