Menu Close

Gubernur NTT, Pimpinan Daerah Bangun Cara Berpikir Pariwisata Yang Integral

Loading

Labuan Bajo, Kominfomabar – Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) meminta 11 kepala daerah se–daratan Flores, Lembata, Alor dan Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) untuk membangun cara berpikir pariwisata yang integral. Desain-desain pariwisata harus dirancang secara baik dengan mengutamakan keunggulan dan keunikan setiap daerah untuk dapat dipromosikan oleh BOPLBF.

“Basis dalam membangun pariwisata ke depan adalah masyarakat. Masyarakat model mana yang kita ingin wujudkan dengan pariwisata. Kita harus mampu mendesain berbagai kebijakan pariwisata untuk kepentingan community tourism atau masyarakat pariwisata. Karenanya, perlu dibangun cara berpikir pariwisata,” kata Gubernur Viktor Bunggtilu Laiskodat saat memberikan arahan pada acara Forum Floratama 2020 dalam Rapat Koordinasi Pengembangan Pariwisata Wilayah Koordinatif BOPLBF di Ayana Resort Komodo, Labuan Bajo, Selasa (6/10).

Ada 11 kabupaten yang menjadi wilayah koordinatif BOPLBF, yakni Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende, Sikka, Flores Timur, Lembata, Alor serta Bima dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Menurut Gubernur VBL, membangun pariwisata harus mulai dengan konsep yang jelas dan dimengerti dimulai dari teori seperti apa lalu turunan serta prakteknya harus didesain dengan jelas. Apalagi, berbicara tentang pariwisata yang premium dan berkelanjutan.

“Jangan kita bicara pariwisata dengan konsep yang wow, tapi tidak kita mengerti. Dalam rapat ini, tidak boleh kita omong hal-hal yang kita sendiri tidak tahu. Harus jelas ilmunya seperti ini, turunannya bagaimana? Kerangka berpikir masyarakat seperti ini, kerangka berpikir pemerintah harus begini dan dunia usaha harus seprti ini. Ini harus dimengerti dan didesain dengan baik, baru kita dapat melayani masyarakat secara baik,” jelas Gubernur VBL.

Secara khusus, Gubernur VBL meminta para Kepala Dinas Pariwisata se-daratan Flores, Lembata dan Alor agar punya mindset pariwisata serta menunjukan cara kerja yang luar biasa. Juga mesti mampu membangun jaringan dengan para pelaku dan pegiat pariwisata nasional dan dunia serta meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris.

“Saya minta desain pariwisata kawasan ini harus sudah selesai secepatnya. Badan otorita maunya apa, kerjanya apa dan masa depannya yang ingin dicapai seperti apa. Desain pariwisata seluruh kabupaten di Flores, Lembata dan Alor harus menyatu di sana. Badan Otorita juga bisa ambil inisiatif untuk menanyakan apa sih yang dimiliki oleh Labuan Bajo dan Flores untuk dijual? Harus ada kolaborasi. Tidak boleh Badan Otoritanya jalan sendiri, pemerintah kabupatennya jalan sendiri dan gubernurnya jalan sendiri. Ini harus dihilangkan,” tandas orang nomor satu NTT itu.

Gubernur meminta BOBF untuk bersama para bupati mendesain dua produk unggulan pariwisata lengkap dengan narasinya yang akan dikembangkan pada tahun 2021. Keduanya dibuat dalam agenda pariwisata dan dijual ke luar negeri.

Ini tugasnya Badan Otorita Pariwisata. Harus bisa memastikan kedua produk unggulan itu bisa disuka, ditonton dan diketahui oleh semakin banyak orang. Karena itu, bisa menarik orang datang ke sini. Rencana apa saja yang terkait pariwisata agar semakin dikenal dunia, BOPLBF ada di sana. Sales dan marketingnya harus terintegrasi dengan baik. BOPLBF tidak perlu terlibat dalam pembangunan infrastruktur,“pungkasnya.

Mengakhiri sambutannya, ia kembali mengingatkan masalah sampah yang dapat mencoreng pariwisata Flores khsususnya dan NTT umumnya.

“Ini salah satu perintah dan konsen presiden dalam pengembangan pariwisata premium Labuan Bajo. Manajemen pengelolaan sampah harus jelas. Saya berharap, forum ini dapat merumuskan kapan masalah ini dapat diatasi karena ini masalah penting,” tegas Mantan DPR RI dari Partai NasDem itu.

Sementara itu, Anggota Komisi X DPR RI, Andreas Hugo Parera berharap agar BOPLBF sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah pusat sungguh memperhatikan pembangunan destinasi pariwisata yang terintegrasi.

“Harus ada peta jalannya yang memungkinkan orang tidak hanya datang ke Labuan, tapi juga ke Wae Rebo, Riung, Bena, Kelimutu sampai ke Flores Timur, Alor, Lembata dan NTT pada umumnya. Semua daerah ini punya potensi-potensi pariwisata yang luar biasa,” jelas Hugo Parera.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama BOPLBF, Shana Fatina menjelaskan kegiatan ini dilaksanakan sebagai wadah pendekatan terpadu dan komprehensif untuk semua aspek yang melibatkan semua pemangku kepentingan, baik pusat maupun daerah untuk membangun koordinasi yang aktif di 11 kabupaten dengan BOPLBF.

“Forum ini sejatinya merupakan bentuk komitmen BOPLBF mewadahi pertemuan kolaborasi para pemangku kepentingan pariwisata dari berbagai latar belakang untuk menghimpun berbagai informasi, ide dan gagasan pengembangan pariwisata kelas dunia yang berkelanjutan,” jelas Shana.

Pada kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan komitmen bersama pegembangan pariwisata Flores, Lembata, Alor dan Bima oleh perwakilan masing-masing kabupaten, Kementerian Pariwisata, Dirut BOPLBF, Anggota DPR RI dan Gubernur NTT.

Hadir pada kesempatan tersebut, Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata, Bupati Manggarai Barat, Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Manggarai, Bupati Manggarai Timur, Bupati Nagekeo, Bupati Ende, Bupati Sikka, Bupati Lembata, Bupati Bima, Wakil Bupati Flores Timur,

Pimpinan perangkat daerah lingkup Pemerintah Provinsi NTT, para Kadis Pariwisata dari masing-masing kabupaten, insan pers dan undangan lainnya.

(Biro Humas Protokol NTT/ Syarif ab)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *